MELATIH KECERDASAN DASAR
LINGUISTIK - VERBAL
Oleh : Edy Syahputra S.Pd.
Kenalkah anda dengan
motivator sejati Andi Wongso? Motivator yang sukses dengan perusahaan percetakan
kartu ucapan berlabel ‘Harvest’ yang meraih kesuksesannya dengan kemampuannya
dalam berkata - kata. Ia bahkan tidak lulus SD dan banyak sekali merasakan
kepahitan hidup, namun dengan menjajal usaha kartu ucapan yang berisikan kata –
kata bijak ia mampu membuktikan diri sebagai seseorang yang cerdas dan sukses. Pada
era ini, seseorang tidak lagi dilihat dari penampilan lahiriahnya, atau latar
belakang keluarga maupun daerah asalnya saja. Seseorang lebih dilihat dari
‘bagaimana membawa diri’. Kemampuan seseorang dinilai dari kemampuannya untuk
menginformasikan siapa dirinya, kualitas dan kualifikasinya, target dan
pandangannya. Sehingga seringkali terjadi selain harus pandai secara akademis
seseorang itu juga harus terampil berbicara dalam mengekspresikan dirinya.
Pada tulisan yang terdahulu
penulis membahas mengenai kecerdasan Interpersonal yaitu kemampuan untuk
bersosialisasi, menempatkan diri dalam hubungan sosial. Kemampuan membina
hubungan sosial tidak akan berhasil tanpa menguasai kemampuan berkomunikasi.
Pernahkah anda melihat seseorang yang menghadiri suatu acara / pesta tetapi
tidak dapat larut dalam kegiatan tersebut. Tetapi ada juga orang yang dengan
cepat dapat menguasai pembicaraan dan menjadi sentral dalam suatu acara.
Individu tertentu mampu menjadikan peristiwa sederhana menjadi suatu bahan
diskusi yang menarik, mampu mempengaruhi dan berhubungan dengan orang – orang
melalui kepiawaiannya berkomunikasi. Kemampuan semacam ini disebut sebagai
kecerdasan linguistik – verbal. Kecerdasan linguistik verbal sangat diutamakan
dalam banyak bidang profesi seperti politik dan hukum, pengajar, penulis,
pengisi acara televisi dan lain sebagainya.
Perkembangan teknologi juga
lebih dominan dalam porsi komunikasi. Perkembangan teknologi kendaraan, keamanan
maupun bahan bakar tidak secepat dan sefantastis perkembangan teknik komunikasi.
Penggunaan satelit telah melampaui batas imajinasi manusia, dimana dahulu sulit
membayangkan video telepon via skype yang memungkinkan berbicara face to face atau jaringan pertemanan
yang mendunia dan praktis, semuanya mendukung interaksi yang aktif antar
individu. Teknologi ini tidak akan membantu individu dalam hidupnya seandainya
ia tidak memiliki kecerdasan linguistik – verbal dalam performanya. Seperti ada
sebuah istilah diantara para programmer ‘garbage in garbage out’ yang secara
harfiah artinya bila sampah yang masuk maka sampah yang keluar sehingga semua
akan kembali kepada sumber daya manusianya.
Pencapaian dalam teknologi
komunikasi telah mempermudah pencapaian tujuan komunikasi. Tujuan komunikasi
dapat dijabarkan dalam beberapa hal pokok yaitu ; 1). Mempelajari atau
mengajarkan sesuatu. 2). Mempengaruhi perilaku seseorang. 3). Mengungkapkan
perasaan. 4). Menjelaskan perilaku sendiri atau orang lain. 5). Berhubungan
dengan orang lain. 6).Menyelesaikan sebuah masalah. 7). Mencapai tujuan
tertentu. 8). Menurunkan ketegangan dan penyelesaian konflik. 9). Pengembangan
motivasi diri atau orang lain.
Seseorang yang selalu juara
kelas belum tentu berhasil dalam hidupnya. Seseorang yang tidak mampu membangun
jaringan komunikasi, mempersuasif orang lain, mengatasi berbagai ganjalan,
tidak mungkin memperoleh posisi penting baik dalam pekerjaan maupun sosial
walaupun ia punya tingkat pendidikan tertentu. Sebaliknya, perpaduan yang
signifikan dari kepandaian akademis, wawasan umum yang luas, ketrampilan
berbicara, kemampuan mempengaruhi orang lain dalam suatu permasalahan, akan
membawa seseorang ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan kata lain kemampuan
komunikasi merupakan kemampuan mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang yang
ingin sukses.
Komunikasi terdiri atas
komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal menggunakan kata-kata
dimana olah kata yang tepat, intonasi dan kecepatan berbicara akan mempengaruhi
efektifitas komunikasi. Sedangkan komunikasi non verbal berupa ekspresi, kontak
mata maupun isyarat tubuh yang mengiringi proses komunikasi.
Keterampilan berbicara (komunikasi
verbal) merupakan aspek utama dan paling tampak dalam suatu komunikasi aktif dan
membentuk kesan pertama dalam menjalin hubungan sosial. Seseorang yang mampu
menyusun pikirannya secara jelas dan menyampaikannya melalui kata-kata,
membawakan dirinya secara baik dan selalu bisa menemukan kata-kata yang tepat
untuk dikatakan, akan sangat dihargai dalam dunia modern ini. Penekanan pada
penggunaan kata-kata yang tepat menggambarkan penguasaan yang luas pada kosa
kata dan keterampilan komunikasi yang cerdas memiliki kemampuan untuk
mengembangkan bahasa baik lisan maupun tertulis dan dengan mudah dapat
memanipulasi struktur dan maknanya untuk menyesuaikannya dengan kebutuhan dalam
pencapaiam tujuan komunikasi.
Pemahaman dalam penggunaan
bahasa memerlukan usaha pembelajaran tertentu tentang bagaimana lambang tulis
ke dalam bunyi bahasa dan makna yang mewakilinya. Hal ini jelas merupakan hasil
hubungan nyata dari proses baca-tulis. Keterampilan membaca dan menulis adalah
keterampilan dasar dari komunikasi. Membaca melibatkan belajar memahami dan
menggunakan bahasa dan menulis melatih kemampuan seseorang menuangkan
pikirannya dalam bentuk lambang tulis. Penguasaan dua kemampuan ini akan membantu
seseorang menghubungkan kata dan bunyi bahasa dengan pikiran atau maksud.
Cerdas dalam kata-kata
meliputi sejumlah komponen antara lain : sintaksis (aturan/struktur kalimat)
misalnya penggunaan urutan SPO yang benar serta penyusunan kalimat majemuk yang
tidak tumpang tindih, fonologi (bunyi suara), semantik (arti/makna dari bunyi
bahasa) dan pragmatik (hubungan antara bahasa dan situasi). Menyampaikan maksud
melalui alat-alat kebahasaan merupakan kecerdasan para pemimpin besar seperti Sang Proklamator
Soekarno, Pahlawan Nasional Bung Tomo yang dapat menginspirasi para pejuang
untuk berjuang mati-matian, Oprah Winfrey dengan segala misi kemanusiaannya,
serta Presiden Obama yang dengan orasinya mampu membuat rakyat Amerika
memilihnya dengan mengabaikan ras, latar belakang dan penampilannya yang
berkulit hitam, bahkan dalam beberapa patah bahasa indonesia saja Obama mampu
mencuri hati masyarakat indonesia dan menciptakan hubungan baik antar negara.
Pembentukan generasi yang
cerdas dalam kata-kata (linguistik) dapat dimulai dari hal sederhana seperti
gerakan ‘gemar membaca’, lalu diiringi dengan gerakan ‘cintai buku’, dan
distimulus dengan gerakan ‘ayo berbicara’. Mendorong anak dalam tiap tingkatan
untuk gemar membaca, mengembangkan pikiran dalam imajinasi kata-kata tertulis,
akan membentuk ‘brankas’ perbendaharaan kata dalam diri anak. Menuangkan
pikiran dalam bentuk tulisan akan merangsang pengembangan penggunaan kata-kata
dan memanipulasi struktur dan sintaksisnya sesuai kebutuhan. Keterampilan
berbicara didepan umum akan mengembangkan pengalaman dalam menghadapi situasi –
situasi tertentu yang selaras dengan pengembangan kepribadian seseorang.
Latihlah anak untuk
menjabarkan kegiatan sehari-harinya secara verbal, koreksi secara perlahan kosa
kata yang kurang tepat, lalu minta ia untuk menuliskan apa saja yang baru ia
ceritakan pada anda dibuku hariannya. Ajarkan kepada anak betapa serunya
membaca buku daripada menonton televisi. Tidak ada salahnya memberinya bacaan
tingkat tinggi seperti ensiklopedia sains, atau peta wilayah indonesia atau
mungkin hanya sekedar membaca deretan iklan dikoran. Anak akan terlatih membayangkan
tiap detil peristiwa dalam bentuk sintaksis dan semantiknya lalu akan membangun
kemampuan menghubungkan antara bahasa dengan situasi (pragmatis).
Pada
akhirnya, kemampuan untuk menyusun
pikiran secara jelas dan mengungkapkannya dalam bahasa lisan maupun tertulis akan
berkembang menjadi suatu bentuk standar logika.
Dan kecerdasan berkomunikasi akan efektif dalam menempatkan seseorang
pada posisi yang layak dimasyarakat.
Pas banget nih Pak guru buat para mommies. Jadi saya nggak perlu ngotot agar anak juara kelas ya?
BalasHapustrims atas artikelnya. saya nantikan artikel berikutnya....