Sabtu, 04 Agustus 2012

FALSAFAH HIDUP SEEKOR IKAN

FALSAFAH HIDUP SEEKOR IKAN
Oleh : Edy Syahputra S.Pd.

Saya sangat mengagumi jenis makhluk hidup yang satu ini. Pisces. Ikan yang seringkali menggambarkan kebijaksanaan, kesabaran dan ketenangan. Pisces adalah satu – satunya klasifikasi makhluk hidup yang dijadikan nama zodiak. Seni ramalan melalui perbintangan ini menggambarkan mereka yang lahir di pertengahan bulan february dan maret dengan sifat yang menggambarkan karakteristik seekor ikan. Tenang, bermakna namun juga berenergi.
Dalam pergolakan hidup yang keras ini, manusia mencari berbagai cara untuk memperoleh ketenangan. Beberapa kelompok orang menganggap akan memperoleh ketenangan dengan jumlah materi yang berlimpah. Akibatnya mereka hanya semakin merasa lelah dikejar oleh roda kehidupan yang selalu tak terduga. Kelompok yang lain malah menjauhi materi untuk memperoleh ketenangan. Bagi mereka, materi adalah racun dunia yang bersifat memabukkan lalu membunuh karakteristik manusia secara perlahan. Beberapa orang lainnya, menjalani hidup sebagai sebuah lakon yang ketika dimulai harus dilalui hingga cerita kehidupannya sendiri tamat.
Liukan ikan yang berenang didalam kolam, sungguh membuat hati iri. Betapa pun kerasnya air mengalir, seekor ikan memiliki cara sendiri agar tidak hanyut. Betapa asinnya pun air laut, ikan mampu bernapas dengan lega tanpa harus merasa sesak. Mirip falsafah Tao.
Tao sendiri adalah aliran filsuf yang berasal dari seorang filsuf cina yang bernama Lao Tzu. Tao bermula dari sebuah buku kecil yang berjudul Tao Te Ching (jalan dan kekuatannya). Lao Tzu menjabarkan falsafah hidup sederhana, apa adanya dan meyakini bahwa semua yang ada dibawah langit memiliki jalannya masing – masing. Ada beberapa jenis kebijaksanaan yang seolah mengisi kehausan rohani manusia sehingga ajaran fisuf ini berkembang dengan cepat di cina dan negara – negara lainnya.
Tanpa bermaksud membandingkan, karena memiliki jalan sejarah yang terpisah, didalam Islam, filsafat ini juga diajarkan oleh Rasulullah dengan perumpamaan seekor burung yang pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang. (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
Pantas saja. Selain ikan, burung juga dapat menghadirkan sensasi ketenangan yang hampir sama. Kelompok burung yang terbang dalam formasi tertentu diatas cakrawala terasa begitu bebas dan lepas. Manusia sulit untuk dapat mengekspresikan dirinya. Manusia selalu terikat dalam banyak ikatan. Hukum, adat, sosial, karir dan keluarga. Untuk dapat bertahan hidup, manusia terkadang harus merelakan dirinya diikat dalam berbagai ikatan yang tidak perlu. Berbanding terbalik dengan ikan maupun burung. Dalam kedinamisannya burung selalu dapat terbang melayang diangkasa, dan dengan ketenangannya ikan mampu mengalahkan pusaran air.
Ajaran Tao mengajarkan manusia untuk mengendalikan dirinya melalui pengendalian kepuasan karena segala sesuatu telah memiliki jalannya masing - masing. Begitu pula dengan ajaran tawakal, yang mengajarkan kepada manusia untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin dan menyerahkan hasilnya kepada kehendak Yang Maha Kuasa. Karena Allah telah menentukan jalan hidup masing – masing manusia. Inti dari kedua ajaran ini adalah sama yaitu berusaha dan menerima dan berujung pada suatu bentuk pengendalian diri. Karena manusia butuh lebih Pengendalian diri dibandingkan makhluk lainnya. Apakah saya salah? Mari kita diskusikan bersama….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar